Sabtu, 10 Februari 2018

Penyesuaian Seumur Hidup dengan Pasangan (NHW #3)

Assalamu'alaikum...
Subhanallah.. alhamdulillah sampai hari ini saya masih diberi kesehatan dan "kewarasan" oleh Allah SWT.. kenapa saya katakan kewarasan? Karena pasca melahirkan anak kedua ini benar-benar menguras tenaga dan emosi saya sebagai manusia biasa
(Baca: Tinggal di perantauan jauh dari orang tua, dengan dua anak (toddler dan baby) tanpa bantuan asisten rumah tangga, dan suami sering lembur pulang malam) dan dari pengalaman anak pertama saya terkena sindrom baby blue. Tapi Allah telah mentakdirkan semua ini sesuai kemampuan hambanya...

Bismillah...
Tugas NHW #3 kali ini dikerjakan disela-sela mengurus rumah dan anak.



Bicara tentang tugas kali ini sama dengan mengenang empat tahun lalu. Atau bahkan tahun-tahun sebelumnya saat kami kuliah.
Saya dan abi kenal sejak jaman kuliah, sekedar kenal lewat sms sepotong-potong, kami tidak pernah pacaran. Boro-boro pacaran, ketemu di kampus saja saya palingkan muka, hahaha, iyes jaman kuliah dahulu saya "judes dan galak". Kami pun tidak pernah ngobrol face to face hanya lewat sms saja. Kata teman saya kala itu, abi sangat baik sekali orang nya. Perkataan kawan tersebut terus saya ingat hingga beberapa tahun kemudian, setelah kami saling tak tahu kabar memulai lagi obrolan lewat whatsapp, saat itu saya baru sadar ternyata memang baik orangnya. Obrolan kami ternyata nyambung dan saya ternyata cocok dengan dia, entah saya pun yakin bakal betah seumur hidup hidup dengannya *cieee.

Kalau ditanya apa yang membuat saya jatuh hati pada abi? Mungkin saat abi melamar saya dahulu, saya tidak yang jatuh cinta bagaimana layaknya anak muda kasmaran. Biasa saja. Cuma saya yakin saja, bahwa inilah lelaki yang cocok sebagai pendamping hidup saya, sahabat dalam suka dan duka. Jatuh cinta menurut saya nomer sekian. Yang terpenting sebagai seorang lelaki, beliau bertanggung jawab bisa mengayomi isteri dan anak-anaknya, jujur juga utama dan bisa saling terbuka, dan mencintai saya. That's it!

Bagaimana tanggapan suami saat membaca surat cinta?
Sebenarnya mengirimkan surat cinta saat kondisi kami berdekatan begini biasa saja rasanya, seringnya kami mengirim surat cinta ketika saya pulang ke kampung halaman agak lama. Berhubung moment nya pas dekat dengan tanggal pernikahan kami, jadi berbeda rasanya. Seperti biasa bisa ditebak, suami saya terharu. Dan hadiahnya adalah semua pekerjaan rumah diselesaikan abi dalam semalam...

Bangga pada suami bukan berarti membangga-banggakan kepada orang lain.
Sebagai suami, sesibuk apapun, abi selalu menyempatkan diri untuk membantu pekerjaan di rumah. Apalagi jika saya mengeluh capek. Tanpa banyak omong semua langsung dikerjakan, meskipun sebenarnya dia juga sama capek. Atau kalau saya capek karena anak rewel, tanpa komentar abi langsung momong anak.

Kami sebenarnya sama, sejak awal menikah visi dan misi kami sama. Sedangkan karakter kami serupa tapi tak sama. Sulit sekali menjabarkan dengan kata-kata, tapi kami sudah saling tahu apa yang membuat kami nyaman satu sama lain, intinya saling melengkapi. Misalkan, kadang abi kurang teliti terhadap sesuatu, sedangkan saya sangat teliti, saya tidak bisa memaksa abi untuk teliti saya bisa menerima itu, justru tugas saya membereskan apa yang kurang itu. Pun sebaliknya dalam hal lain. Saya ingat pesan dari papi:
"Menikah adalah penyesuaian seumur hidup dengan pasangan"
Nasihat itulah yang membuat kami bisa saling menerima dan selalu menyesuaikan diri dengan pasangan. Intinya setelah menikah banyak dampak positif pada diri saya, segala sesuatu yang negatif berangsur-angsur terkikis.

Begitu juga setelah saya punya anak. Anak pertama saat ini berusia tiga tahun. Tapi dia bisa mengajarkan banyak hal pada saya. Untuk anak seusianya, dia termasuk anak yang memiliki rasa Empati tinggi. Dia paham perasaan orang lain. Salah satu contohnya, saat saya kontraksi mau melahirkan anak kedua beberpa minggu lalu. Saat itu ketuban saya sudah pecah dahulu, saya panik, tapi entah siapa yang mengajarinya dengan tenang dia datang pada saya sambil berucap cadelnya, "Tenang omi, tiada apa-apa, tiada apa-apa", sambil mengelus kaki saya. Saya tertegun dibuatnya. Dan banyak hal lain lagi yang sudah saya ketik di blog pribadi saya satunya. Saya selalu mengingat nasihat tante saya, "Anak ini karakter nya sudah bagus sejak lahir, tinggal bagaimana kamu sebagai orang tua mendidiknya".
Sedangkan adiknya yang baru lahir, saya masih belum bisa melihat karakternya karena masih terlalu bayi.
》Yang jelas sebagai seorang ibu, pe er utama untuk pribadi saya adalah, belajar meredakan emosi dalam menghadapi anak, terutama ketika saya dalam kondisi capek sementara anak berulah atau rewel..《

Selain pola asuh dari keluarga, lingkungan turut andil dalam membentuk karakter anak. Kadang saya bingung juga untuk pola asuh anak usia tiga tahun. Apa perlu anak usia ini bermain setiap hari dengan teman teman nya? Kalau iya, saya benar benar kewalahan mengawasinya setiap hari. Jadi jadwal bermain dengan teman sebaya nya seminggu sekali paling tidak saat ada abi di rumah. Tapi pernah baca diskusi dengan ibu2 IIP, bahwa anak usia prasekolah dianjurkan lebih sering bermain dengan kedua orang tua. Maka dari itu, saya setiap bulan selalu menyisihkan uang belanja untuk membeli mainan anak. Tujuannya agar bisa bermain bersama anak, bukan karena menghindari anak bersosialisasi dengan lingkungan, karena alhamdulillah kami sangat cocok dengan lingkungan kami. Dari saya amati, kesamaan kami dengan lingkungan yaitu setiap anggota keluarga menanamkan fondasi agama yang kuat pada anak-anaknya, tata krama dan sopan santun, serta minimnya ibu-ibu yang senang menggunjing satu sama lain.

Karena kami sangat cocok dengan lingkungan, pe er selanjutnya adalah kami membuat nyaman rumah, rumah yang nyaman dan sehat membuat betah manusia penghuni di dalamnya serta membuat tamu betah di rumah kami. Karena tamu mendatangkan rizki dan berkah bagi kami. Berbekal dari ilmu yang kami punya, kebetulan saya dan suami lulus dari jurusan desain, kami menata rumah sederhana kami menjadi lebih nyaman. Alhamdulillah saat ini kami sudah bisa menikmati istana kecil kami dengan nyaman, meskipun masih ada beberapa pe er untuk mewujudkan menjadi semakin nyaman.. disyukuri saja apa yang sudah terwujud saat ini...


Mungkin sekian untuk NHW kali ini. Maaf jika akhirnya panjang lebar dan malah curhat. Semoga tugas kali ini bisa menjadi catatan bagi saya.

Wassalamualaikum



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Renungan untuk Guru Rumah

Renungan untuk Guru Rumah Pemaparan Dari Miss Rina Mari kita mengenal para Ummahatul mukminin 1. Asiyah istri Firaun 2. Khadijah Binti Khuwa...