KERJASAMA ORANGTUA DAN SEKOLAH DALAM MENANGANI KASUS BULLYING
3 Dosa Besar Pendidikan:
1. Perundungan
Perilaku atau tindak agresif yang melibatkan ketidak seimbangan kekuatan dan dilakukan terus-menerus sehingga merugikan orang lain.
2. Kekerasan Seksual
Setiap perbuatan merendahkan, menghina, melecehkan, atau menyerang tubuh / fungsi produksi karena ketimpangan relasi yang menyebabkan penderitaan.
3. Intoleransi
Sikap tidak memerima perbedaan.
Bullying sering terjadi di Rumah!
Dampak Perundungan:
1. AKADEMIS
▪︎ Penurunan prestasi akademis
▪︎ Penurunan tingkat kehadiran
▪︎ Turunnya minat belajar dan kegiatan lainnya
▪︎ Sulit fokus
▪︎ Keluar dari aktivitas biasa
2. SOSIAL
▪︎ Tidak percaya diri
▪︎ Sulit bercanda
▪︎ Sedikit teman
▪︎ Menarik diri
▪︎ Bahasa tubuh lemah
▪︎ Sering diejek
3. FISIK
▪︎ Sakit berkelanjutan
▪︎ Sulit tidur
▪︎ Kadang muntah
▪︎ Sering mual
▪︎ Luka-luka ditubuh
▪︎ Lemah
4. EMOSI
▪︎ Sensitif
▪︎ Sering gelisah
▪︎ Murung
▪︎ Mudah menangis
▪︎ Menyalahkan diri sendiri
▪︎ Sering merasa tidak aman
CIRI-CIRI PELAKU BULLYING:
1. Fokus pada diri sendiri
2. Kurang empati
3. Kemampuan sosial buruk
4. Sulit memahami emosi diri
5. Sering merasa tidak aman
KENAPA HARUS BEKERJASAMA ANTARA SEKOLAH DAN ORANGTUA?
▪︎ Mencegah bullying sejak dini
▪︎ Membangun lingkungan yang aman dan sportif
▪︎ Membantu anak memahami nilai dan menghargai orang lain
KENAPA HARUS USIA DINI?
1. Awal pembentukan perilaku sosial
2. Rentan terhadap pengaruh lingkungan
TUGAS ORANGTUA:
▪︎ Observasi
- Mengamati bagaimana anak berinteraksi dengan orang lain
- Apakah anak cenderung pemalu atau ekstrovert?
- Bagaimana anak bersikap dalam berbagai situasi sosial
▪︎ Komunikasi terbuka
- Mendengarkan anak dengan seksama dan rutin berbicara tentang kegiatan sekolah
- Mendorong anak untuk berbicara tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman mereka
▪︎ Aktivitas
- Mengamati reaksi anak terhadap berbagai aktivitas
- Apakah anak suka tentang tantangan baru atau lebih suka aktifitas kreatif?
- Apakah jenis aktivitas yang anak nikmati dan bagaimana mereka terlibat di dalamnya?
▪︎ Interaksi teman sebaya
- Bagaimana anak berinteraksi dengan teman sebaya?
- Apakah anak mudah bersosialisasi atau lebih tertutup?
- Apakah anak memperhatikan perasaan orang lain dalam interaksi?
▪︎ Reaksi terhadap stress
- Mengamati bagaimana anak merespons situasi stress atau tantangan besar
- Apakah anak cenderung tenang atau panik?
- Bagaimana anak mengatasi rintangan atau stress?
CARA MENCEGAHNYA
1. Role model
2. Membentuk pola pikir positif
3. Ajarkan tentang empati dan menghormati orang lain
4. Beri pendidikan tentang bullying
5. Pengawasan yang memadai
6. Bangun koneksi dengan sekolah
7. Kenalkan tentang perbedaan
8. Intervensi Dini
PERANAN SEKOLAH
▪︎ Membuat kebijakan anti bullying
▪︎ Mengadakan program edukasi dan pelatihan
▪︎ Menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif
▪︎ Memberikan dukungan pada korban
▪︎ Mengadakan kegiatan yang membangun kerja sama dan empati
▪︎ Memonitor dan mengevaluasi
▪︎ Melibatkan orangtua dan masyarakat
▪︎ Mendorong pelaporan
▪︎ Memberikan sanksi yang adil dan konsisten
▪︎ Melibatkan siswa
SESI TANYA-JAWAB:
Pertanyaan 1:
Kenapa anak kelas 3 SD susah sekali untuk disiplin menaruh sepatu pada tempatnya setelah pulang sekolah dan susah sekali dibangunkan saat pagi hari?
Jawaban:
- Anak pulang sekolah itu dalam kondisi capek dan lapar. Yang ada dalam pikirannya itu ingin makan, buka kulkas isinya kosong, misalnya, ya sudah rebahan. Dengan kondisi anak seperti ini jangan kita sebagai orangtua malah ngomel-ngomel. Yang ada tidak akan didengar anak. Biarkan anak makan/ minum dulu atau rebahan dulu. Setelah itu baru diingatkan lagi untuk meletakkan sepatu pada tempatnya.
- Bangun tidur pagi, jangan ibu yang bangunkan tapi ayah. Membangunkan ada tahapannya. Dipindahkan dulu anak ke lantai atau ke ruang tengah di atas sofa. Biarkan anak duduk sambil mengumpulkan kesadaran. Setelah itu baru disuruh mandi.
Pertanyaan 2:
Anak saya kelas 4 SD. Saat ini sudah ada 3 anak laki-laki yang menyukai anak saya, bagaimana saya menyikapi sebagai ibu? Dan bagaimana cara menanggapi anak yang suka tapi anak tersebut mengungkapkannya dengan membully anak saya kecil/ pendek?
Jawaban:
Katakan pada anak bahwa:
1. Kamu baik makanya banyak yang suka
2. Kamu enak diajak ngobrol makanya teman-teman nyaman dengan kamu
Jangan mengatakan: "Iya kamu cantik kak, pantas saja banyak yang suka"
Untuk teman yang mengejek itu karena anak tersebut belum bisa berkomunikasi dengan baik. Belum bisa mengungkapkan perasaan makanya terjadi demikian, mengejek.
Pertanyaan 3:
1. Menggembleng mental kadang dengan membandingkan anak dengan orang lain. Apakah itu bully?
2. Kalau iya, bagaimana menggembleng mental yang tidak membully?
3. Apa sikap ortu jika yang melakukan itu adalah pihak sekolah seperti fasil?
4. Ada yang bilang keluarga yang minim ekspresi itu bahaya. Bagaimana kalau seperti saya, yang termasuk Ibu yang tidak suka ngomelin anaknya, apakah tidak apa-apa?
5. Ciri-ciri Pelaku Bullying disebut di slide: "Kemampuan sosial buruk" tapi kenapa pembully itu biasanya berkelompok/ beramai-ramai?
Jawaban:
1. Iya betul.
2. Membandingkan dengan dirinya sendiri di lain waktu. Misal membandingkan sikap anak sekarang dengan sikap anak yang dulu.
3. Sampaikan pada anak bahwa pak Guru aslinya cuma ingin kasih tahu bahwa kamu punya capability untuk melakukan hal yang lebih baik dari pembanding.
4. Tidak ada masalah dengan keluarga yang minim ekspresi. Dan bagus kalau seorang ibu bisa menahan omelannya pada anak. (Intinya begitu. Agak lupa inget. Hehe)
5. Bedakan:
Sosialisasi -> pelaku bullying
Sosial Skill -> yang harus dimiliki orang normal
Social skill kemampuan bisa berbaur dengan siapa saja, namun para pembully tidak memiliki ini karena merasa komunitas dirinyalah yang hebat.
Pembully sosialisasinya dapet karena biasanya ada pencetusnya: orang tajir, orang kuat.
Sosial skill ya memang mampu berteman, termasuk punya "Understanding, Capability" untuk berteman.
Pertanyaan 4:
1. Anak saya kalau jawab pertanyaan tidak jelas, seperti orang bergumam. Dibilangin tidak berubah, bagaimana cara menasehatinya?
2. Bagaimana cara menangani korban bullying?
Jawab:
1. Kasih waktu anak untuk berpikir, kasih waktu anak untuk jawab sesuai dengan zona nyaman mereka. Jadi tidak harus saat itu juga.
2. Cara menanganinya:
▪︎ Dukungan emosional
▪︎ Sampaikan pada orang dewasa
▪︎ Tingkatkan percaya diri
▪︎ Bicara pada pelaku
▪︎ Kumpulkan bukti
▪︎ Bantuan dari lingkungan
Pertanyaan saya yang belum sempat tersampaikan (karena selalu dilewatkan oleh moderator) dan belum dijawab mentor, namun saya cari tahu sendiri melalui google, berikut pertanyaan dan jawabannya:
1. Anak yang memiliki karakter agresif (secara hasil psikotest demikian), apakah berpotensi menjadi seorang bullying?
2. Bagaimana membentuk karakter anak agresif agar tidak menjadi pembully?
3. Apakah bisa seseorang yang memiliki karakter agresif menjadi pemimpin?
Hasil jawaban:
1. Ya, anak dengan karakter agresif bisa memicu bullying. Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan dengan cara mengintimidasi korban untuk menyakiti. Berikut beberapa faktor yang bisa meningkatkan resiko anak menjadi pelaku bullying:
- Pengalaman masa lalu: Anak yang pernah mengalami kekerasan atau intimidasi di masa lalu cenderung meniru perilaku tersebut.
- Pola asuh: Pola asuh yang terlalu keras dan melibatkan kekerasan fisik bisa membuat anak menjadi agresif dan kasar.
- Temperamen dan harga diri: Temperamen dan harga diri juga bisa berperan besar dalam perilaku bullying.
- Latar belakang keluarga: Faktor keluarga juga bisa meningkatkan potensi bullying.
- Pengabaian: Pengabaian atau tidak adanya perhatian di rumah bisa membuat anak mencari perhatian di sekolah.
- Insecurity: Insecurity juga bisa menjadi penyebab anak menjadi pelaku bullying.
Sumber google:
¤ Perilaku bullying, faktor, jenis, dan dampaknya - Pemkab Cilacap
¤ 9 penyebab bullying dan cara mencegahnya - Alodokter
¤ Orang tua jadi penentu anak miliki sifat agresif melakukan bullying - Antara news
¤ 5 alasan anak jadi pelaku bullying - Halodoc
¤ 6 hal penyebab anak menjadi pembully - Halodoc
¤ Faktor penyebab anak berperilaku agresif - Pemkab Bandung
¤ Ini penyebab anak jadi pelaku bully menurut dokter jiwa - Detik.com
¤ Faktor psikologis penyebab bullying di kalangan remaja - RRI
¤ Mengapa seseorang bisa menjadi pembully - Gemilang Sehat
2. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membentuk karakter anak agar tidak menjadi pembully:
- Ajarkan empati: Ajarkan anak untuk menghargai orang lain dan memahami perasaan orang lain.
- Ajarkan bahasa emosional: Ajarkan anak untuk membedakan emosi yang baik dan buruk, serta cara mengelola emosinya.
- Ajarkan cara memecahkan masalah: Ajarkan anak cara memecahkan masalah tanpa melakukan kekerasan.
- Ajarkan untuk tidak mentoleransi bullying: Ajarkan anak untuk tidak mentoleransi perilaku bullying.
- Jadikan rumah sebagai tempat bebas intimidasi: Buat rumah menjadi tempat yang bebas dari intimidasi.
- Kenali kehidupan pertemanan anak: Kenali teman-teman anak dan awasi pergaulannya.
- Jadikan diri sebagai teladan: Orang tua adalah pihak pertama yang dilihat anak untuk ditiru, sehingga orang tua harus memberikan contoh yang baik.
- Komunikasikan secara terbuka: Jaga komunikasi dua arah dengan anak.
- Berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater: Jika berbagai cara mengatasi di atas tidak berhasil, Anda bisa meminta bantuan profesional, seperti psikolog atau psikiater.
Sumber google:
¤ Supaya anak tidak menjadi pembully, begini cara mendidiknya - Halodoc
¤ Psikolog: Bentuk karakter anak agar tidak menjadi pelaku bullying - Antara News
¤ 7 Cara mendidik anak agar tidak menjadi pelaku bullying - United Family Food
3. Sebagai pemimpin, penting untuk belajar bersikap tegas, bukan agresif . Jika Anda bersikap tegas, Anda dapat mengomunikasikan pesan Anda dan menyerang masalah, bukan orang. Namun, jika Anda agresif, Anda menyerang orang.
(Bagaimana Pemimpin Bisa Bersikap Tegas Alih-alih Agresif - Forbes)
Pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang agresif adalah individu kuat yang terus-menerus berjuang melawan kekuatan yang menghalangi orang-orang yang lebih lemah untuk mencapai hal-hal hebat.
(Gaya Kepemimpinan yang Bersifat Konfrontatif - LinkedIn)
⚠️ Saran untuk seminar parenting selanjutnya:
Dari pihak sekolah alangkah baiknya disediakan lembar pertanyaan yang dikumpulkan ke panitia acara, pihak panitia mensortir pertanyaan mana yang sesuai tema/ menarik/ pertanyaan yang sama digabung jadi satu nanti akan dijawab oleh nara sumber. Jadi semua pertanyaan bisa diajukan tanpa mengurangi kecewa peserta akibat terbatasnya waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar