Notulensi Kopdar Rumah Belajar Literasi Ibu Profesional Karawang
Tema : Mengenal Personal Branding (Sebagai Seorang Penulis)
Narasumber : Ai Qurotul Ain
Waktu : Rabu, 3 Maret 2021
Pukul : 19.00 ~ 20.30 WIB
Koordinator Acara/Operator Zoom: Teh Nining dan Teh Fauziah
1. Host/moderator : Putri Fajar
2. Notulen : Nadya Ayu Sekarrini
3. Registrasi : Yulia E Pramestanti
4. Sponsorship : Gita Rahmawati
MATERI
Brand = Merk. Contoh produk makanan yang memiliki branding yang keren: Indomie, Teh botol, dan Aqua. Saat disebut brand tersebut, orang langsung fokus kepada produk tersebut. Banyak penjual dan pembeli yang menyebut merk tersebut padahal yang dijual merk lain. Itulah kekuatan dari branding dari suatu produk dalam bisnis. Produk kita dikenal olehorang banyak dengan identitas tertentu.
Kekuatan branding juga ada pada di diri kita baik berupa personality maupun identitas diri. Ini yang membuat bagaimana orang mengenal kita.
Bagaimana membentuk personal branding bagi seorang penulis?
Personal branding (PB) adalah praktik untuk mempromosikan diri, karir dan pencapaiannya sebagai sebuah merek. PB merupakan proses mengembangkan dan mempertahankan reputasi dan kesan individu dimana kita harus membandingkannya dengan diri kita yang dahulu bukan dengan orang lain. Personal branding itu adalah kegiatan menceritakan ke pada dunia/orang lain bahwa kita itu siapa? Bagaimana orang tau kita itu seorang penulis, kalau kita tidak pernah pamer atau memberi tahu orang lain bahwa kita adalah seorang penulis.
Pentingnya personal branding kita jadi punya ciri khas.
• Orang akan lebih mengenal kita sebagai seorang yang ahli dalam bidang tertentu.
Mejadi ahli di suatu bidang lebih bermanfaat atau lebih maksimal dibandingkan
mempelajari banyak hal secara general dan tidak fokus.
• Lebih mudah memperoleh kepercayaan dari khalayak ketika beropini sesuai brand yang sudah terbentuk.
• Menurut teori Maslow, eksistensi diri, ingin pengakuan dari orang lain, aktualisasi diri merupakan salah satu kebutuhan hidup yang masuk ke dalam hierarki kebutuhan dasar seseorang. Jadi ga salah kalau kita ingin eksis atau ingin dikenal orang sebagai ahli di dalam bidang tertentu karena selain sandang pangan papan, ada hal lain di sisi psikologis yang jadi kebutuhan dasar kita yakni kebutuhan ingin diakui oleh orang. Kebutuhan ini bisa dipenuhi dengan melakukan personal branding.
• Selain untuk memenuhi kebutuhan tersebut, PB bahkan bisa menghasilkan keuntungan berupa materi dan hal lain yang disesuaikan dengan niat dan tujuan kita menggunakan PB itu sendiri.
PERSONAL BRANDING
• Ingin dikenal sebagai apa diri kita?
• Berhubungan dengan dunia menulis, ingin dikenal sebagai penulis apa? Kita tidak mungkin bisa menguasai semua bidang, pasti ada suatu kecenderungan dan kekuatan kita di bidang kepenulisan tertentu.
• Bagaimana orang lain menilai diri kita dari karya tulisan yang dihasilkan? Feedback dari orang
• Bagaimana kita mempromosikan diri pada khalayak tentang skill yang dimiliki?
Contoh kita ingin jadi penulis, punya minat di bidang homeschooling, kita harus mengembangkan personal branding kita di bidang ini dengan memperbanyak menulis tentanghomeschooling. Sehingga suatu saat nanti kalau ada orang yang butuh informasi mengenaihomeschooling, orang langsung terfokus dan sudah tau harus cari informasinya ke kita.
Setiap hari kita lakukan kegiatan yang membentuk personality yang bisa mewakili dunia kita
sebagai penulis. Salah satunya caranya bisa melalui eksistensi di dunia media sosial. Namun
kata kunci dari PB itu: fokusnya dimana? Konsisten gak? Apakah sudah sesuai dengan minat
kita yang kita jalani? Sesuai dengan topik yang kita kuasai dan/atau yang kita sukai?
Contoh Penulis dan Personal Branding
• Dewa Eka Prayoga terkenal sebagai penulis buku bertemakan penjualan.
• Dee Lestari terkenal sebagai penulis buku bertemakan mitologi.
• Harry Santosa dikenal sebagai penulis buku bertemakan Fitrah Based Education
• Asma Nadia dikenal sebagai penulis novel best seller yang sebagian besar kisahnya diangkat menjadi film Personal branding setiap penulis itu dibentuk sudah dari lama, bahkan walaupun sekarang sudah punya nama besar pun tetap terus membentuk brandingnya. Mulai dari hal yang sederhana saja yaitu melakukan kegiatan yang bisa mengenalkan diri kita ke orang lain dan konsisten sampai kita ketemu polanya tapi harus cari cara bagaimana agar pembaca tidak jenuh dan bisa mendatangkan interaksi. Contoh setiap kegiatan PB di akhiri dengan tanya jawab atau gunakan platform yang sedang banyak digunakan (Contoh asma nadia di tiktok).
Personal branding itu sesimpel kita mengenal cerita kita, apa yang akan kita sampaikan ke pada dunia, image kita, serta identitas kita sebagai apa.
Contoh seorang Ai Qurotul Ain ingin dikenal sebagai apa?
• Owner Olshop, suka berjualan sebelum menemukan passion menulis
• Penulis Pemula
• Mentor Menulis
Kemampuan berjualan Ai Qurotul Ain bisa membantu dalam dunia menulisnya contoh bisa aktif promosiin bukunya.
PB Penulis seorang Ai QA
Penulis Non Fiksi Tema Keluarga
Terlihat dari smeua karya berupa buku, artikel atau tulisan lainnya yang di post di media social, sebagian besar temanya adalah keluarga, dengan kejadian yang sudah dialami sebelumnya.
Yang perlu digaris bawahi untuk membentuk PB, selain menulis dan mempublikasikannya di sosmed adalah dalam bentuk karya perwakilan dari diri kita, perasaan kita, pikiran kita.
Kuncinya harus jujur. Jangan nulis yang ga kita lakukan atau ga kita rasakan. Jangan hanya ingin ikutan trend atau ingin cepet viral.
Kenapa sih harus punya PB?
• PB = Ciri Khas. Kita tidak bisa ahli di semua bidang.
• Ketahui kekuatan kita dan fokuslah dengan itu hingga kemampuan melesat dibanding
sebelumnya dan di atas rata-rata. Menaikkan gunung, meratakan lembah.
Fokus kelebihan, mensiasati kelemahan. Boleh dipelajari kelemahan, tapi hanya sebagai pelengkap saja.
• Orang akan lebih mudah mengidentifikasikan kita sesuai PB yang terbentuk.
• Lebih banyak mendatangkan manfaat untuk orang lain karena fokus kita memang disitu.
Harus total jangan setengah-setengah, cintai sepenuh hati dan lakukan dengan benar, seksama, pelajari, fokus, setiap hari berlatih, dan konsisten.
Bagaimana cara membentuk PB?
• Cari tahu kesukaan
• Cari tahu minat
• Apakah matching antara hal yang kita suka dengan yang kita minati?
• Jika ya, terus asah kemampuan disitu
• Banyak belajar dari penulis dengan ketertarikan serupa, diskusi, belajar bagaimana dia belajar, karyanya
Apakah setelah memilih satu bidang, tidak boleh belajar bidang lainnya?
Tentu saja boleh, tapi tujuannya tidak untuk menjadi ahli di bidang lain. Melainkan sebatas pelengkap untuk pengetahuan kita di PB yang sudah terbentuk. Pelengkap itu bisa dimanfaatkan untuk membuat karya-karya kita menjadi lebih baik.
PB dan Promosi
• Bagai dua sisi yang tidak dipisahkan
• Kata kunci PB: mempromosikan diri kita siapa, dengan pamer cerita, medsos, karya
• No posting, no branding
• Yakin dan percaya sama PB kita
• Tidak akan berhasil PB seorang, jika ia tidak pandai mempromosikan dirinya sbgmn brand yg ingin dia tentukan
• Aktivitas PB merupakan bagian dari apresiasi diri dgn pencapaian yg apa kita sudah raih
• Ga usah malu untuk menawarkan karya kita kepada orang lain bahkan karya-karya saat awal2 belajar karena karya itu menunjukkan proses perjalanan belajar dari gatahu jadi tahu. Banggalah degan karya kita, ceritakanlah ke org terdekat seperti keluarga atau teman.
• Penerbit lebih suka penulis yang bisa memasarkan produknya
Tentukan ingin dikenal sebagai apa diri kita?
TANYA JAWAB
Penanya: Teh Rini
Pertanyaan: Teh Ai kan suka di bidang berjualan dan menulis, sempet kepikiran ga menggabungkan ilmu berjualan (marketing) dituangkan di dalam sebuah buku seperti buku berjualan/marketing bukan untuk mempromosikan bukunya?
Jawaban: Secara pribadi, untuk ke arah situ tidak untuk saat ini. Tapi kalau untuk jadi mentor orang yang akan menuliskan ttg bisnis, mendampingi penulisnya dalam pembuatan iya. Karena setelah ditelaah setelah pelatihan penulisan,s karena branding saya adalah penulis non fiksi di bidang keluarga jadi mau menguatkan di bidang itu. Tau diri kalu nantinya menulis buku marketing atau teknik selling itu saingannya banyak banget, dan menimbulkan pro kontra karena udah update ilmunya sedangkan bekerja sudah 7 tahun yang lalu. Nyamannya di bidang yang disukai dan diminati dan untuk mengeksplor ide di bidang keluarga itu banyak banget.
Penanya: Teh Rini
Pertanyaan: Berapa lama teh Ai menemukan personal branding sebagai penulis non fiksi tema keluarga? Bagaimana meyakinkan diri kalau itu personal branding yang tepat?
Jawaban: Setelah mau masuk 2 tahun di karir kepenulisan. Setelah menghasilkan 2 buku solo, >10 buku antologi tema keluarga, >40 artikel tema keluarga kalau ga anak, suami, tips mudik, tips beberes, sadarnya ketika orang lain kalau mau bikin tulisan bertema keluarga pasti menyerahkan ke saya yang sudah sering bikin dan lihai bikin tulisan keluarga. Jadi tahu berkat opini dari orang, ikut ujian di akademi penulis, ada masukan ketahuan kalau pas bidang non fiksi keluarga paling depan. Tau kalau kuatnya disitu jadi lebih istimewa di bidang itu. Butuh waktu berapa lama itu tergantung yang menjalaninya siapa dan tergantung seberapa keras usaha untuk menemukan hal yang kita banget dan yg bikin kita nyaman nulisnya. Indikatornya nulisnya ga bisa berhenti, ada aja yang mau ditulis, kalau mentok apakah karena kurang ide atau bukan dari hati berarti cari yang lain.
Penanya: Mbak Deta
Pertanyaan: Ingin menjadi blogger dan content writer tapi blm menguasai banget, mending belajar dulu sampe ahli atau ngebranding dari sekarang?
Jawaban: belajarlah sambal praktek karena belajar bukan berarti kita ga nulis. Tiap hari nulis di blog tapi smbl belajar kelas kepenulisan bisa. Bisa luangkan waktu menulis minimal 15 menit tiap hari. Ngejar konsistensinya. Harus diasah, kalau ga diasah kemampuan menulis kita bakal tumpul dan metok. Belajar sama ahlinya, review kekurangan, tetep simpan karya yangg dulu pernah ditulis. Inget proses belajar. Jadi brandinglah sambil terus menulis dan belajar.
Penanya: Mbak Angngi
Pertanyaan: kalau kita memiliki banyak kesukaan dan semua kita ingin kita tulis dan ingin capai, bagaimana solusinya?
Jawaban: Pakailah prioritas. Pasti ada hal yang kita cenderungnya dimana. Eksplor berbagai bidang dengan cara langsung praktik nulis. Contoh dalam seminggu harus nulis tentang masak, travel, atau anak tapi dijadwal tiap hari. Lihat bidang mana yang tulisannya paling banyak, yang idenya ngalir terus, responnya bagus, banyak feedback positif kayak like komen, kecenderungan yg lebih mendominasi. Terus menulis.
Penanya: Mbak Yulia Eka
Pertanyaan: terkait brand yang ingin kita pilih, maksimal berapa banyak teh?
Jawaban: Maksudnya ingin dikenalnya sebagai apanya? Tergantung kebutuhan dan passion/minat pribadi, yang bagus itu malah cuma 1 karena lebih fokus dan maksimal dibanding kalau punya banyak. Akan ada 1 yang paling menonjol. Lebih sedikit lebih baik.
Lebih maksimal. Kalau saya sendiri kalau jalur profesional, lebih pilih bidang menulis. Kalau keseharian dan hobi, gak bisa milih jadi diatur menulis dan jualannya. Jadi ada porsinya.
Penanya: Mbak Oyoy
Pertanyaan: untuk PB, bagi yang belum personal branding, bagaimana cara penentuannya?
Apakah cukup dari hal yang disukai atau bisa dari kegiatan sehari-hari?
Jawaban: hal yang disukai bisa timbul dari kegiatan sehari-hari. Kegiatan sehari-ari apa yang paling disukai? Tiap individu itu berbeda dan unik, punya kelebihan masing-masing yang perlu disyukuri dan dieskplor. Bentuk syukur adalah dengan mengoptimalkan yang sudah diberi oleh Allah SWT. Kita bisa menggabung bagaimana aktivitas sehari2 jadi sesuatu yang menyenangkan dan kita sukai. Contoh nulis tips saat malas melanda, tips mencuci piring dll.
KATA PENUTUP
Kesempatan kita untuk membentuk PB akan datang jika kita mau dan terus menceritakan diri kita kepada orang lain. Lakukan kegiatan sederhana PB ini setiap hari, konsisten, jujur, dan didasari dengan hal yg sudah kita lakukan, kita sukai, dan kita kuasai.
PB itu penting untuk ke depannya. Mau jadi apa ke depannya, temukan yang tepat untuk diri terkait dengan image positif dan identitas diri, sehingga lingkungan kita akan mengidentifikasikan diri kita sebagai apa. Orang lain yang akan menilai apa yang kita ceritakan kepada mereka, karya apa yang sudah kita hasilkan. Cukup lakukan secara konsisten saja jangan muluk2 langsung yang besar dulu, gunakan hal yg sederhana di sekitar kita, bangun image positif, yakin itu bermanfaat untuk orang, lakukan secara konsistem, maka akan menemukan brandingnya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar