Kamis, 02 Desember 2021

Rekap Jawaban Mentor Webinar 1

 Rekap Jawaban Mentor Webinar 1


Kak Wylvera


  • Nama: SITI PURNANING A.

Pertanyaan: Anak2 sy hobby bercerita & bermain peran (setiap wkt berkumpul, langsung cerewet bercerita nyata maupun khayalan atau spontan main peran dg kakaknya). Nah, sy ingin bakat itu bs mereka tuangkan dlm bentuk tulisan. Trnyata ketika sy minta menulis, bahasanya persis spt saat bercerita itu..polos tdk 'nyastra' sm sekali. Ketika sy beritahu pilihan bahasa yg indah, mereka tidak paham krn belum mengenal dlm dialog sehari2.  Pertanyaan sy: bgmn strategi/kiat mbak2 Narsum utk menumbuhkan kepekaan pemilihan bahasa sastra utk pemula/anak2. Trimakasih πŸ™πŸ₯°

Ditujukan kepada: mbak Wylvera W.


Jawab:

Jangan terburu-buru dipaksakan. 

Memang ada anak yang memiliki kemampuan lisan dan tulisan yang seimbang, tanpa butuh pelatihan yang berulang-ulang. Tapi ini sedikit sekali jumlahnya. 


Dari pengalaman saya mengajar kelas ekskul menulis dan jurnalistik di level sekolah dasar selama 7 tahun, saya pun belum menemukan anak yang memiliki dua kemampuan lisan serta menulis yang berimbang ini. Apalagi dituntut untuk menulis bahasa yang nyastra.


Ada yang jago banget saat bercerita dengan temannya. 

Dia bisa menceritakan kalau mamanya selalu memasakkan nasi goreng pakai telor ceplok setiap hari. Sementara dia sudah bosan banget. Nasi goreng lagi nasi goreng lagi, lalu dengan ekspresi muka bete dia ceritakan ke teman sebangkunya kalau dia belakangan jadi jarang menghabiskan nasi goreng masakan mamanya. Supaya mamanya berpikir untuk membuat sarapan lain yang lebih bervariasi. 


Saya yang menguping obrolan itu (saat tugas praktik menulis cerita di kelas ekskul yang saya gawangi waktu itu), mencoba meminta anak itu menulis semua yang diceritakannya dalam tulisan. Apa yg terjadi? 

Pertanyaan spontan yang pertama kali dilontarkannya adalah “Gimana cara nulisnya Bu? Saya nggak ngerti.”


Nah lho! 

Jadi Mbak Siti, untuk anak-anak yang memiliki kemampun lisan yang baik, memang harus sering dilatih agar kemampuan menulisnya bisa sejalan. Sekali lagi nggak bisa instan. Latih juga anak-anak untuk terbiasa membaca. Sering-seringlah memberikannya bahan bacaan atau buku-buku cerita dan ajak dia membaca buku-buku itu bersama. Ingatlah, bahwa jarang sekali atau bahkan tidak pernah ada kebiasaan baik yang bisa ditiru anak selama orangtua sendiri tidak pernah mencontohkannya dengan baik. 

Teaching by actualizing. Ini tidak bisa dilakukan sekali saja. Harus terus menerus untuk melatih kepekaannya pada bahasa tulisan. Sekali lagi, perkaya si anak dengan bahan bacaan, lalu minta ia untuk menuliskan ulang cerita yangg sudah dia baca dengan versinya. Jika masih belum mencapai target, jangan cepat menyerah. Mengulang-ulang itu jauh lebib baik ketimbang menginginkan target yang instan.


  • Nama: Fajar Ambarwati

Pertanyaan: bagaimana belajar menulis cerita pribadi tanpa mengumbar aib kita atau keluarga,tp memang agar menjadi sebuah pelajaran bg orang banyak?

Ditujukan kepada (satu mentor): bunda Wylvera


Jawab:

Menulis cerita seperti ini bisa memilih dua jenis tulisan.


Pertama, bisa ditulis dalam kisah inspiratif dengan bercerita atau berkisah dari based on true story. Jika memilih jenis ini, maka cerita yang ditulis harus bisa dipertanggungjawabkan tentunya. Jika khawatir terkesan mengumbar aib, bisa mencoba syarat penulisan kisah inspiratif seperti:

Boleh membuat cerita menjadi dramatis, tapi Big No utk cerita yang didramatisir.

Jangan mencantumkan nama asli narasumber bila yang bersangkutan tidak berkenan. Nama dan tempat boleh disamarkan karena tujuan penulisan kisah inspiratif adalah untuk memberi hikmah dan ibrah, bukan mengumbar aib. 


Sementara agar bisa terlaltih dan mudah memulainya, cobalah baca buku-buku kisah inspiratif atau chicken soup for the soul yang begitu banyak dijual. Pelajari bagaimana cara penulis di kisah-kisah itu menuangkan kisahnya tanpa terkesan mengumbar aibnya atau aib orang-orang yang terlibat dalam kisah tersebut. Dari situ nanti, isnyaAllah Mbak akan bisa menemukan atau mendapat feel-nya. 


Kedua, bisa dibuat dalam bentuk fiksi dengan mengganti semua nama-nama tokoh yang terlibat, menyamarkan nama tempat dsb, tapi alur kisahnya tetap pada kejadian nyata yang pernah dialami penulis. 


Satu lagi, agar lebih mudah dan tidak terjadi stuck di tengah tulisan, bisa juga membuat poin-poin penting apa yang akan diceritakan. Jangan tuangkan semua permasalahan dalam satu cerita, agar konfliknya tidak bercabang-cabang dan penyelesaiannya bisa lebih fokus pada satu konflik saja. 


Misalnya:

Tema perselingkuhan.

Bisa mengawali kisah dengan menceritakan tentang kekecewaan istri yang suaminya tidak pernah peduli dengan semua kebaikan yang dilakukan sang istri untuk suaminya. Boleh saja memaparkan kebaikan seperti apa saja yang sudah dilakukan selama pernikahan. Lakukan drama boleh tapi jangan mendramatisir situasi agar logika cerita tetap terjaga. Lalu, konflik muncul ketika suami mulai membanding-bandingkan istrinya dengan istri temannya atau sekretaris di kantornya atau teman perempuannya. Hingga akhirnya terbongkarlah perselingkuhan sang suami. 

Solusinya seperti apa? Pilihannya ada di penulis. Jika akhirnya bercerai maka sampaikan tragedi perceraian itu dengan penutup yang bisa diambil hikmahnya oleh pembaca. Atau jika akhirnya suami kembali kepada istri dan anak-anak (keluarga), beri juga gambaran seperti apa si istri mampu menerima kembali suaminya dan proses memaafkan seperti apa yang dilakukan.


Cth.: Meskipun pada akhirnya suami istri itu bercerai, si istri tetap berusaha survive, tidak berlarut-larut tenggelam pada takdir yang menimpanya. Gambarkan bentuk perjuangan untuk bisa bertahan dan survive itu seperti apa. Inilah nanti yang akan membuat pembaca belajar dari pengalaman tokoh dalam cerita itu.


Demikian dari saya.


  • Nama: Iin

Pertanyaan:

Hal apa sajakah yang perlu disiapkan bagi pemula untuk membuat cerpen anak yang menarik?

Ditujukan kepada (satu mentor):

Mbak Wylvera


Jawab:

Baik, Mbak Iin, saya coba jwab.

Pertama sekali sebelum menulis cerita, mau pemula atau yang sudah mumpuni sekalipun, harus mengetahui siapa target pembaca kita. Ini terkait dengan usia pembaca anak. Karena beda tingkat usia, maka kemampuan keterbacaannya pun tentu berbeda. Dari sini penulis bisa menentukan gaya penulisannya yang sesuai dengan rentang usia anak.


Misalnya, anak-anak usia 5 dan 6 tahun bisa membaca lebih banyak kata ketimbang anak yang berumur 3 tahun. Ini perlu dipertimbangkan untuk menentukan kata di dalam cerita yang ditulis. Tidak sedikit penulis yang berpikir bahwa cerita anak karangannya dapat dibaca semua anak-anak, padahal tidak demikian.

Kedua, memilih tema yang tepat.

Cerita yang dibuat memerlukan sebuah tema yang dapat menarik perhatian target pembaca anak. Kira-kira apa yang mereka inginkan? 

Ini menjadi tugas penulis untuk membayangkan atau survei kecil-kecilan untuk mengetahui apa sih yang ada dalam benak anak-anak itu. Apa kesulitan atau masalah yang anak-anak seusia itu hadapi dan bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah itu. 


Nah, ini juga jangan sesekali menulis penyelesaian masalah dari sudut pandang/persepektif kita sebagai orang dewasa. Cobalah masuk ke dalam cara berpikir anak. Hindari membuat solusi dan penyelesaian cerita yang rumit ala orang dewasa. Anak-anak itu cenderung simpel cara berpikirnya. Dengan cara itu, mereka bisa mengidentifikasi masalahnya secara visual sebaik tulisan yang naratif dan gambar-gambar pendukung cerita.


Ketiga, sampaikan pesan dalam cerita selembut mungkin. Jangan terkesan menggurui karena itu bisa membosankan anak ketika membaca ceritanya. 

Mungkin ini dulu ya untuk tahap menulis bagi penulis awal.



Mbak Lia Herliana


  • Nama: Wiwi. 

Pertanyaan: "dalam menulis buku anak apakah risetnya lbh sulit dr menulis buku biasa? "


JAWAB:

 Riset itu tergantung kebutuhan. Apa yang ingin ditulis, genre buku, seberapa jauh dan dalam pembahasan yg akan dituliskan, sebanyak apa info yang akan dimasukkan. 


Untuk nonfiksi buku pelajaran, misal, pasti akan butuh riset literatur yg banyak. Buku motivasi, tidak sebanyak itu. Sebaliknya, buku fiksi, tidak berarti risetnya enteng, begitu pula dengan buku anak. 


Saya menulis picbook Aku si Penjaga Sawah dgn riset yg tidak main-main (studi literatur tentang padi, sawah, dll, studi lapangan dan wawancara). Novel Tembang Kesayangan Eyang, risetnya dliteratur, artikel, film, wawancara dengan dokter dan psikolog dari Yayasan Alzheimer Indonesai. 


Termasuk juga dalam menulis picbook lain, di mana penulis harus riset tentang pendalaman tema, psikologi anak, riset setting (jika mengambil setting khusus), dll. Jadi, riset itu wajib dlm semua kegiatan menulis, berat atau ringannya tergantung kebutuhan. 


Dan ingat, buku anak yang tipis dan terkesan sederhana, bukan berarti mudah menulisnya dan tak perlu riset mendalam.


  • Nama: Aisyah Warisman. 

Pertanyaan: bagaimana trik buat paragraf pertama yang menarik


JAWAB: 

Pikat pembaca dengan paragraf ataupun halaman pertama yang menarik. Apalagi untuk cerita anak, awal cerita harus benar-benar membuat penasaran, kalau tidak pembaca cilik bakal cepat tutup buku.

    Jangan bertele-tele, langsung tampilkan konflik di awal cerita. Untuk cerpen/dongeng, juga picbook, kita dibatasi jumlah halaman/kata. 

    Buka dengan dialog >> dialog yang membuat penasaran, bukan dialog tektokan tak berarti. (Misal: “Ya, ampun, di mana kusimpan kantung serbuk ajaib tadi, ya?” >< “Halo, selamat pagi, Andin.” Andin menjawab dengan senyum semanis gula, “Selamat pagi juga. Apa kabar, Sil?”)

    Boleh dibuka dengan deskripsi setting yang unik.

    Buka dengan adegan yang seru.

    Dengan pertanyaam yang memancing rasa penasaran.

    Untuk picbook, biasanya kalimat-kalimat pertama di halaman pertama, langsung saya isi dengan konflik.


  • Nama: Widyana. 

Pertanyaan: Bagaimana tips membuat naskah untuk diikutkan dalam lomba?


JAWAB: 

Secara umum: 

    Selalu perhatikan dengan detail persyaratan lomba, baik teknis maupun nonteknis. Penuhi semua, jangan ditawar. Perhatikan tenggat waktu. Kalau lomba rutin, pelajari naskah-naskah pemenang tahun sebelumnya.


Secara khusus:

    Sesuaikan dengan tema, pertajam dengan subtema yang lebih spesifik. Semakin detail/spesifik/unik poin yang diambil, semakin bagus. Jadi, tema jangan hanya sebagai tempelan.

    Cari ide yang berbeda, kalau bisa ada unsur kebaruan. Bisa dengan meramu ide biasa/mainstream, dengan tokoh yang beda dan unik, setting yang tak biasa, pesan yang berbeda.

    Kalau bisa, cari bocoran dewan jurinya. Sesuaikan tulisan dgn karakter/selera dewan juri (bisa dilihat dari karya para juri). Jika diselenggarakan oleh penerbit, pelajari selera penerbit tersebut. Cari benang merahnya, buat yang berbeda.

    Pastikan ada bagian cerita yang menyentuh hati (pesan cerita).

    Kalau bisa, tambahkan unsur lokalitas yang kental.


  • Nama: Fitya. 

Pertanyaan: Bagaimana cara membangun konflik agar menegangkan dan terasa feel-nya? Adakah rekomendasi novel dengan konflik yang bagus dan diksi yang memukau. Soalnya saya selalu kesulitan menulis bagian konflik ini. Barangkali ada tips-tipsnya.


JAWAB:

Sebelumnya, kita samakan persepsi dulu tentang konflik:

    Konflik: masalah yang dihadapi tokoh utama (protagonis) dalam mencapai tujuannya. >> konflik tidak sama dengan ‘perang’, atau melulu berbau action.

    Jenis konflik: individu vs individu, individu vs kelompok, individu vs dirinya sendiri, individu vs lingkungan.

    Konflik dimulai di awal cerita, naik terus tensinya sampai di puncak konflik, lalu menurun dan terus menurun sampai ending.


Tips:

    Tentukan konflik utama. Untuk novel, tambahkan konflik-konflik penyerta/subkonflik yang berhubungan dengan konflik utama. Bisa dari si tokoh utama, bisa dari tokoh pendamping.

    Jangan buat mudah hidup di tokoh utama. Untuk cerpen, buatlah paling tidak 1 konflik yang tensinya terus menanjak. Untuk novel, bisa lebih banyak konflik (konflik utama + subkonflik). Makin menderita/makin susah mencapai tujuan, makin seru ceritanya.

    Pada setiap bagian cerita, masukkan konflik sedikit demi sedikit. Semakin mendekati puncak cerita, semakin ‘banyak’ dan ‘tegang’. 

    Konflik harus selesai, dengan cara yang masuk akal. Pada cerita anak, tokoh harus menyelesaikan sendiri konfliknya, sebisa mungkin hindari peran orang dewasa.


Rekomendasi novel: Banyak kok. Novel anak Mbak Ary Nilandari, duo keriwil Mbak Wini Afiati, novel-novel misteri Kiddo, novel-novel Mbak Nuhayati Pujiastuti, Tembang Kesayangan Eyang.


  • Nama: Ashty. 

Pertanyaan: untuk membuat cergam, apakah kita harus pandai menggambar?


JAWAB: 

Tidak. Karena cergam, baik yang berupa illustrated book ataupun picbook, nantinya akan dibuatkan ilustrasinya oleh ilustrator. Makanya, tugas penulis adalah menuliskan naskahnya sebaik mungkin, dan membuat panduan ilustrasi dengan jelas dan lengkap. Kalau perlu, sertakan gambar referensi untuk memudahkan ilustrator bekerja.


(Biasanya, nanti ada pertanyaan lanjutan: ilustratornya kita cari sendiri atau gimana? Hehe. Biasanya, disediakan oleh penerbit, alias penerbit yang meminang ilustrator, sampai mengurusi fee-nya. Tapi ada juga penerbit yang meminta penulis mencarikan ilustrator yang sekiranya pas, lalu diaudisi oleh penerbit. Keputusan siapa ilustrator yang dipakai, tetap di tangan penerbit. Dan jangan khawatir, semua biaya ilustrasi ditanggung penerbit – kalau ini di penerbit besar/mayor, ya).


  • Nama: Fajria. 

Pertanyaan: Saat menulis pictbook, apa hal penting yang perlu bgt diperhatikan?


JAWAB: 

    Target usia pembaca >> berpengaruh pada banyak hal: pemilihan tema, diksi, jumlah kata, cara meramu konflik, dan pesan yang disampaikan.

    Keterampilan membuat panduan ilustrasi: caranya, banyak lihat ilustrasi pucbook yang bagus.

    Cara menuliskan cerita >> teks jangan tumpang tindih dengan ilustrasi. Apa yang sudah ada di ilustrasi, tak perlu dideskripsikan lagi dalam teks.


  • Nama: Sulastri. 

Pertanyaan: 

1. apakah dalam cernak bisa memakai kata asing?

2. bagaimana trik menghindari kata atau makna yang berulang dalam cerpen/cerita?*


JAWAB: 

1.    Pemakaian kata asing dan kata-kata sulit tentu saja diizinkan dalam cernak. Batasannya, sesuaikan dengan target usia pembaca. Kata asing atau kosakata baru dan sulit, tidak perlu banyak. Kita kan hendak membuat cerita, bukan kamus atau karya ilmiah. 

Bagaimana cara memasukkannya plus artinya? Perlukah dibuatkan foot note? Bisa perlu, bisa tidak. Jika hanya ada 1 kata sulit/asing, masukkan/jelaskan saja artinya dalam dialog atau narasi. 


2.    Trik menghindari kata atau makna yang sama, sepertinya berkaitan dengan seberapa kaya perbendaharaan kata yang dimiliki penulis.  Banyak-banyak membaca, agar kosakata kita semakin luas. Gunakan theasurus online untuk mencari padanan kata. Tapi, lakukan hal tersebut jika naskah yang ditulis sudah selesai! Karena kalau dilakukan sambil menulis, nanti ceritanya nggak selesai-selesai, sibuk memikirkan diksi yang pas.



Uni Dian Onasis


  • Nama: Widyana

 Pertanyaan:

Bagaimana tips untuk menguatkan diri agar selalu konsisten menulis? Padahal setiap hari sibuk sebagai ibu dengan 3 putra putri yang luar biasa aktif.

 Ditujukan untuk: Dian Onasis


Jawab:

Tanya lagi niat awal menulisnya karena apa? Jika hanya utk menyalurkan hobby, maka ekspektasinya tentu beda dengan yang niatnya mencari uang.


Motivasi atau niat awal adalah penentu rasa kecewa atau tidak pada hasil, yang akan mempengaruhi semangat untuk konsisten. 


Dari awal, saya niat menulis itu untuk healing dan memperpanjang umur saya sebagai penulis. Maka ekspektasinya adalah menyehatkah jiwa dan menulis hal-hal yang bisa memberi kebaikan pada pembaca.


Jika niatnya itu, maka setiap kali down atau menurun semangat konsistensi, maka saya inget2 lagi. Pelan2 naik lagi.


Jadi, semua dikembalikan pada alasan awal.


Tentang kesibukan dgn tiga anak, ada yg lebih sibuk dgn lima hingga sembilan anak, tetap bisa menulis emak2 itu. Ada yg sambil kerja, bisa menulis juga.


Ke saya, akhirnya saya milih melakukannya semampu saya, yang penting tetap menulis meskipun hanya bbrp belas atau puluh menit sehari. InsyaAllah diakalin dan beradaptasi dengan maksimal semampu kita.


Ingat selalu, apa alasan awal menulis.


Kadang ketidakkonsistensian muncul, jika yg punya prinsip atau niatan menggeser niatnya. Sehingga coba sana coba itu, lalu lelah sendiri. Akhirnya malah males atau mager dr menulis. πŸ˜…✌


  • Nama: Fajria

 Pertanyaan:

1. Bagaimana mengolah ide biasa/ umum menjadi cerita yang menarik?

2. Adakah tips jika ingin menulis tema2 sensitif agar pesannya sampai dan ceritanya menarik (misal tema difabel, bullying, perceraian ortu)

 Ditujukan kepada (satu mentor): Uni Dian


Jawaban

1. Tips bisa mengolah ide biasa menjadi cerita menarik. 

- perbanyak bacaan dari buku luar karena ide2 buku luar sering anti mainstream

-mengubah sudut pandang cerita. Gak hanya dr pov tokoh manusia, bisa dr benda. Kayak buku Tasaro ttg 25 nabi dr sudut pandang hewan2 yang dekat dengan para nabi

- riset dibanyakin

-mau trial error saat menuliskan naskah

Apa lagi ya?

Kayaknya itu yang pernah saya lakukan.


2. tips menulis tema2 sensitif agar pesannya sampai dan ceritanya menarik (misal tema difabel, bullying, perceraian ortu)


Apa ya ini?


Kayaknya saya gak punya tips khusus kecuali menghindari deskripsi detil terkait tema itu dalam arti jangan sampe malah menjadi buku panduan cara membully krn saking detilnya mendeskripsikan tema. Jadi memilih utk melembutkan cara2 aplikasi tema sensitifnya bisa jadi membuat pembaca tidak merasa diajarin membully. 


Terus terang, tema2 sensitif ini memang berat. Mungkin tips lain adalah membeli buku dgn tema serupa dan membacanya, lalu menyari sisi lain dr bacaan yg kita baca tsb


  • Nama: ashty

 Pertanyaan:

Untuk menulis cerita anak, hal apa yang harus diperhatikan dan yang harus dihindari?

 Ditujukan kepada: kak Dian Onasis


Jawaban

Yang perlu dihindari: 

Tidak menuliskan  hal yang mengandung sara, kata2 porno, kalimat kasar yang mengarah pada mengajari anak2 untuk mengucapkannya.

Hindari kalimat majemuk bertingkat dan kata2 yang sulit dipahami pembaca anak.


Yang perlu diperhatikan:

Berpikirlah sederhana saat menulis cerita anak. 

Usahakan utk cerpen, konfliknya satu saja.

Upayakan konflik dan karakter sudah tergambar dr awal paragraf. 

Banyak lagi sih yang lainnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Meal Plan, Meal Prep, dan Food Prep

  Bismillah...apa kabar pare geulis😁 Perkenalkan saya Dhani, shipper Kabin Cooking dari Kampung Bakat  3. Mari kita mulai...😍😍😍 Dalam pi...